Untuk pertama kalinya, satelit TESS besutan
NASA telah menyaksikan secara langsung bagaimana lubang hitam menghancurkan
sebuah bintang. Fenomena yang disebut gangguan pasang surut gravitasi ini,
terjadi ketika sebuah bintang malang melintas terlalu dekat dengan lubang
hitam.
Gravitasi ekstrem dari lubang hitam menyebabkan bintang tersebut membengkak dan hancur berkeping-keping. Lubang hitam menyedot gas dari bintang yang membentuk piringan akresi mengelilingi monster kosmik itu.
Fenomena gangguan pasang surut gravitasi yang disebut ASASSN-19bt, diidentifikasi melalui All-Sky Automated Survey for Supernovae di zona observasi berkelanjutan TESS.
Empat kamera TESS diarahkan untuk memindai sebagian besar wilayah langit, sementara satu kamera terus memantau wilayah ASASSN-19bt selama setahun penuh. Beberapa hari sebelum observatorium lain menemukannya, TESS menyaksikannya sesaat setelah ASASSN-19bt mulai meletus.
Adapun satelit Swift NASA dengan cepat mengamati letusan kosmik yang dahsyat itu dalam panjang gelombang cahaya kasat mata dan ultraviolet, serta sinar-X bersama satelit XMM-Newton milik ESA. Pengukuran dalam panjang gelombang ultraviolet merupakan yang paling awal dicatat untuk fenomena gangguan pasang surut gravitasi hingga saat ini.
Studi ultraviolet mengungkap suhu yang menurun hampir 50% hanya dalam beberapa hari. Penurunan tajam semacam itu belum pernah terlihat sebelumnya pada fenomena serupa.
Letusan yang disebabkan gangguan pasang surut gravitasi dianggap sebagai peristiwa langka, karena hanya terjadi setiap 10.000 hingga 100.000 tahun di galaksi seperti Bima Sakti kita. Penemuan serupa berikutnya diharapkan membantu para ilmuwan untuk lebih memahami letusan kosmik yang langka ini.
Sumber: TESS Catches its First Star-destroying Black Hole
#terimakasihgoogle dan #terimakasihnasa
Gravitasi ekstrem dari lubang hitam menyebabkan bintang tersebut membengkak dan hancur berkeping-keping. Lubang hitam menyedot gas dari bintang yang membentuk piringan akresi mengelilingi monster kosmik itu.
Fenomena gangguan pasang surut gravitasi yang disebut ASASSN-19bt, diidentifikasi melalui All-Sky Automated Survey for Supernovae di zona observasi berkelanjutan TESS.
Empat kamera TESS diarahkan untuk memindai sebagian besar wilayah langit, sementara satu kamera terus memantau wilayah ASASSN-19bt selama setahun penuh. Beberapa hari sebelum observatorium lain menemukannya, TESS menyaksikannya sesaat setelah ASASSN-19bt mulai meletus.
Adapun satelit Swift NASA dengan cepat mengamati letusan kosmik yang dahsyat itu dalam panjang gelombang cahaya kasat mata dan ultraviolet, serta sinar-X bersama satelit XMM-Newton milik ESA. Pengukuran dalam panjang gelombang ultraviolet merupakan yang paling awal dicatat untuk fenomena gangguan pasang surut gravitasi hingga saat ini.
Studi ultraviolet mengungkap suhu yang menurun hampir 50% hanya dalam beberapa hari. Penurunan tajam semacam itu belum pernah terlihat sebelumnya pada fenomena serupa.
Letusan yang disebabkan gangguan pasang surut gravitasi dianggap sebagai peristiwa langka, karena hanya terjadi setiap 10.000 hingga 100.000 tahun di galaksi seperti Bima Sakti kita. Penemuan serupa berikutnya diharapkan membantu para ilmuwan untuk lebih memahami letusan kosmik yang langka ini.
Sumber: TESS Catches its First Star-destroying Black Hole
#terimakasihgoogle dan #terimakasihnasa
Komentar
Posting Komentar